Ini! Ciri-Ciri Orang yang Sukses Menjalankan Puasa Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut Allah SWT mendidik para hambaNya untuk belajar menahan nafsu, meningkatkan ketaatan dan menghindari perbuatan-perbuatan yang dilarang saat berpuasa.
Selain mendidik secara lahir, Allah SWT juga mendidik bathin para hambaNya di bulan suci ini, diantaranya dalam bentuk larangan berdusta, menggosip, berprasangka buruk, memfitnah dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, puasa wajib pada bulan Ramadhan memiliki makna yang lebih dalam dari hanya menahan lapar dan haus saja, yakni menahan diri untuk menjauhkan segala laranganNya dan menaati segala perintahNya.
Lalu, apakah tolak ukur keberhasilan puasa Ramadhan seseorang? Jawabannya adalah orang yang bertakwa. Hal ini sudah tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 183;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Dalam ayat tersebut, Allah mewajibkan para hambaNya untuk berpuasa agar menjadi hamba yang bertakwa. Takwa merupakan derajat tertinggi kemuliaan manusia, karena orang-orang yang bertaqwa benar-benar menjalankan perintah Allah juga menghindari segala larangan Allah.
Orang yang bertakwa tidak hanya meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah dikala bulan Ramadhan saja, melainkan tetap istiqomah di bulan-bulan selanjutnya. Dalam QS. Ali Imran ayat 134 Allah menyebutkan ciri-ciri orang bertakwa
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِى السَّرَّآءِوَال ضَّرَّآءِ وَالْكٰظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”
Ayat tersebut memaparkan tiga ciri orang bertakwa, diantaranya;
Pertama, orang yang gemar berinfak atau bersedekah baik di waktu lapang maupun sempit. Dalam teks ini mengandung makna bahwa orang yang bertakwa tidak mementingkan dirinya sendiri, ia bahkan cenderung memikirkan kepentingan orang banyak, berjiwa sosial tinggi, mudah menolong, berempati kepada sesama dan rela berkorban untuk orang lain.
Kedua, orang-orang yang menahan amarahnya. Amarah merupakan hal wajar bila dimiliki oleh manusia. Namun orang yang bertakwa cenderung menyembunyikan amarahnya, karena ia yakin bila amarah tersebut diluapkan, tentu akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
Ketiga, orang-orang yang dapat memaafkan kesalahan orang lain. Perihal maaf-memaafkan bukanlah hal yang mudah bagi pendendam. Namun, berbeda dengan orang yang bertakwa, ia cenderung lebih mudah memafkan, karena ia yakin bahwa Allah Maha Pemaaf dan mencintai orang-orang yang memberi maaf.
Jadi, tolak ukur keberhasilan seseorang ketika berpuasa Ramadhan ialah yang bertambah ketaqwaannya kepada Allah. Orang yang bertakwa menjadikan Allah dan akhirat sebagai orientasi hidupnya, ia cenderung sulit untuk mengerjakan maksiat dan sangat mudah mengerjakan amal shalih. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa. (Noviana)